Bahan | : | Katun primisima |
Tipe | : | Kain panjang |
Ukuran | : | 115 x 200 cm |
Warna | : | Sesuai dengan gambar |
Harga | : | Belum termasuk biaya kirim |
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Bahan | : | Katun primisima |
Tipe | : | Kain panjang |
Ukuran | : | 115 x 200 cm |
Warna | : | Sesuai dengan gambar |
Harga | : | Belum termasuk biaya kirim |
April 2, 2011 oleh pragolo
Rombongan itu menyamar sebagai rakyat biasa dan berjalan menuju tempat Ki Ageng Sela di Purwodadi untuk mencari swaka politik. Setelah bertemu dengan Ki Ageng Sela, rombongan tidak bisa ditampung karena tidak ada jaminan keselamatan bahwa di wilayah itu aman bagi mereka. Akhirnya rombongan melanjutkan perjalanan dan berpencar menjadi beberapa bagian. Rombongan Ki Dhukut dan Adiknya Sabirah beserta Joko Suyono berjalan ke utara. Sabirah akhirnya menemukan tempat peristirahatan (mekuwon) dan akhirnya tempat itu dinamakan Pekuwon.
Ki Dhukut melanjutkan perjalanan dan menemukan tempat yang dipenuhi tanaman Druju (Druju sing ana), sehingga tempat itu dinamakan Druju Ana atau Juwana. Suatu ketika sang adik menyusul Ki Dhukut, dan merasa tempat tersebut lebih baik Sabirah akhirnya ikut kakaknya dan mulai babat alas bersama. Merasa hasilnya sedikit karena perempuan, maka Sabirah meminta kakaknya untuk mencari kayu bakar dan ia akan membakarnya. Lantas abu hasil bakaran tersebut yang terkena angin mengenai daerah menjadi batas wilayah milik Sabirah. Lantas daerah tersebut disebut Bakaran.
Desa Bakaran kian ramai. Sabirah mendirikan bangunan mirip Langgar (mushala) dan membuat sumur biar dikira sebagai tempat berwudlu. Akhirnya Joko Suyono datang dan bermaksud melamar Sabirah. Sabirah memberikan persyaratan agar Joko membuat sumur sejumlah tujuh dalam waktu semalam. Karena merasa sakti, Joko menyanggupi permintaan tersebut tetapi, sampai batas waktu yang ditentukan ia hanya sanggup membuat enam sumur. Joko Suyono mengaku telah membuat tujuh sumur dengan sumur yang sudah ada. Untuk membuktikannya, Sabirah meminta Joko suyono meminum air sumur. Kalau bohong, Joko suyono akan mati. Akhirnya Joko Suyono menyetujui kembali permintaan Murni sabirah. Karena terbukti berbohong, Joko suyono pun meninggal. “Sampai sekarang sumur itu disebut sumur sumpah. Dan, karena sering dijadikan untuk bersumpah dan banyak menelan korban, akhirnya beberapa tahun lalu oleh pemerintah kabupaten sumur itu di tutup”.
Di desa itu, Sabirah, yang kemudian dikenal sebagai Nyi Ageng Bakaran, bersama masyarakat Bakaran hidup dengan medel (membatik) dan jualan nasi. Motif batik itu berasal dari Majapahit yang kemudian dikembangan di desa Bakaran. Nama-namanya hampir sama dengan batik Solo atau Jogja namun bentuk motifnya tidak begitu jelas. Misalnya motif binatang atau tanaman tidak sejelas atau sebagus dari motif Solo atau Jogja. “Ciptaan Sabirah di desa bakaran adalah motif Gandrung. Motif ini adalah kisah cinta Joko Suyono terhadap Sabirah,” terang Bukhari yang merupakan keturunan ke-5 pengusaha batik Bakaran yang masih eksis hingga kini.
Dari sinilah batik Bakaran berkembang hingga sekarang. Terdapat 24 motif klasik batik Bakaran, dan sekarang sudah jarang dibuat karena kerumitan dan pekerjaan membuat satu kain membutuhkan waktu hingga satu bulan lebih. Menurut Bukhari, pemilik batik tulis Cokro ini, bahwa ia akan membuat batik tulis klasik hanya karena pesanan saja. Selain proses pembuatan memakan waktu lama batik motif klasik ini jarang peminat. Berbeda dengan motif baru, yang lebih dinamis dan ngejreng peminatnya banyak.
Penghormatan terhadap Nyi Ageng Bakaran hingga kini masih dilakukan, setiap tahun dilakukan upacara bersih desa dengan menanggap wayang kulit semalam suntuk. Dan, yang lebih unik lagi bahwa setiap malam Jumat, masyarakat Bakaran ngalap berkah dengan cara berdoa di dekat sumur sumpah, yang telah ditutup, dengan bunga setaman dan membakar kemenyan. Hal itu bergiliran, seperti yang tampak pada malam lebaran itu. Warga hilir mudik hingga diri hari.
Semoga kerajinan batik tulis di Juwana semakin berkembang ditengah gencar – gencarnya pengakuan negara tetangga terhadap beberapa budaya asli Indonesia.
Menurutnya, kebudayaan Cina paling banyak berpengaruh pada Batik Lasem. Sebagai contoh motif yang dipengaruhi oleh kebudayaan cina adalah motif yang menggunakan gambar burung hong dan pokok – pokok pohon bambu. Menurut kepercayaan Cina pohon bambu melambangkan kerukunan keluarga yang kuat.
Selain itu beliau menjelaskan Batik Lasem mempunyai 2 (dua) corak khas yaitu : Latohan dan watupecah. MotifLatohan terinspirasi dari tanaman latoh (sejenis rumput laut) yang menjadi makanan khas masyarakat lasem sedangkan motif watu pecah menggambarkan kejengkelan masyarakat Lasem sewaktu pembuatan jalan Daendeles yang memakan banyak korban.
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu H. Umy Jazilah Salim selaku ketua Dekranasda Rembang. Beliau mengatakan motif batik lasem banyak dipengaruhi oleh motif kebudayaan cina dengan motif – motif burung hong, naga dan lain – lain.
Melestarikan Batik
Beliau juga mengatakan untuk melestarikan Batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia seperti yang ditetapkan oleh UNESCO 2 Oktober 2009, seluruh karyawan Pemkab Rembang diwajibkan menggunakan pakaian Batik setiap hari kamis dan jum’at. Hal lain untuk mempromosikan batik adalah dengan mendirikan showroom batik dan showroom dekranasda. Beliau mengharapkan dengan berdirinya showroom – showroom ini dapat membantu pengrajin batik untuk memamerkan produknya. Selain itu Kerajinan Seni Batik juga dimasukkan dalam kurikulum mulok (muatan lokal) SLTA yang berpusat di showroom batik Lasem.
Sedangkan menurut Kepala Dinas Indakop dan UMKM Bapak Drs H Waluyo MM, pihaknya akan terus mengupayakan untuk melestarikan Batik Lasem. Deprindakop dan UMKM bekerjasama dengan dekranasda memfasilitasi para pengrajin untuk mengikuti event – event batik nasional, seperti event yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) belum lama ini dan pameran yang diselenggarakan oleh UNESCO awal bulan Oktober. Waluyo juga menjelaskan pihaknya akan mengadakan pameran batik lasem setiap beberapa tahun sekali di kota – kota besar Indonesia seperti Semarang, Jakarta atau diluar jawa bahkan bila memungkinkan mengikuti eksibisi diluar negeri seperti singapura. Selain itu beliau juga mengusulkan kepada Bupati Rembang melalui Sekda Rembang untuk mendirikan museum batik lasem supaya semua kegiatan batik di Lasem dan sekitarnya dapat didokumentasikan dengan baik dan sekaligus menjaga agar kultur batik Lasem tidak lepas dari generasi ke generasi.